ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: Berilah Kata
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2009/10/berilah-kata.html
Minggu, 04 Oktober 2009. Berilah kata pada tali gitar yang enggan berdenting mengisi gelas dengan udara sepi. Mata dan jemari akan mengambang di situ. bibir kaca yang di penuhi not-not pendek. semacam puisi tergesa merayu. menyatakan kesunyian pada kelelakian yang dipanah beku bulan-bulan. Aroma kopi melayang ke atas. menafsirkan tiap petikan antara melodi dan nada bass. dari hamparannya yang lemas. mata telah merenangi lubuk nafas paling luas. Langganan: Poskan Komentar (Atom). EKO PUTRA DALAM PUISI.
ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: Perceraian
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2009/10/perceraian.html
Minggu, 04 Oktober 2009. Ini malam kesepuluh aku menunggu di sisi taman, tapi kau tak juga paham gemuruh penuh isyarat, aku kirimkan lewat pesan-pesan panjang berdentuman, ke arah huruf-huruf yang telanjang pucat. Kau semestinya mendongeng cerita, kepada anak-anak sebelum mereka terlelap digerayangi mimpi, mungkin kau lupa bagaimana mengingat saat pertama, kita berciuman. kau memintaku melakukannya sekali lagi. Ah terlalu sentimentil bukan? 25 November 2009 05.55. Mohon dukunganya. terima kasih. Goyang d...
ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: September 2009
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2009_09_01_archive.html
Sabtu, 26 September 2009. Bulan separoh membikin bayang-bayang di sebuah garang, dua remaja mabuk kepayang menuntun malam lengang. Dan mabuk terus berputar panjang. Apakah cinta bagi sepasang perasaan yang ditiupkan ke dalam mata masing-masing. langit tak mengirim isyarat dalam angin kering yang membaca setiap ratapan. Tangis rahwana atau kutuk si paitlidah-kah yang rebah di rumpun mawar belakang rumah? Tak ada apa-apa, tak ada-apa, mereka tak mendengar apapun. Jumat, 25 September 2009. Eka Putri, Pratiwi.
ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: Tulisan Muhammad Taufan di Facebook
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2010/01/tulisan-muhammad-taufan-di-facebook.html
Minggu, 03 Januari 2010. Tulisan Muhammad Taufan di Facebook. Semangat Geist dan Motif Radif dalam Sajak. Penyair Muda Eko Putra. 05 Desember 2008 jam 14:14. Desember, o desember. Adalah akhirku yang bermula. Memberiku langit, hampir kiamat. Yang kurasa khianat laknat. Desember, o desember. Apakah sungai di dadamu. Hayat, aku memulai. Segala hikmat, membawa. Tempat nasib menggumpal beku. Menjadi sepi dan nyali batu. Hidupku yang semakin batu. Di sayap biru, aku mencari. Di belantara moyangku, dirimu.
ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: Beri Aku Kesepian
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2009/10/beri-aku-kesepian.html
Minggu, 04 Oktober 2009. Beri aku kesepian, walau sekejap, puisi akan hadir bagai mataair, mengalir dari telapak tangan dan membening ke dalam buku-buku tak berwarna. Engkau akan melihat sesuatu, terbujur di ruang kosong, kabut jiwa yang susut setelah retak dibaca kenangan. Matahari yang telentang, tak mengirimku menjadi orang asing, namun aku melupakan janji pada sebuah kota, yang tak tahu kapan bisa kembali menyusun kerangka mimpi. Karena angin yang baru saja lewat, seakan terhenti. Return to My Blogg.
ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: Gelagas
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2009/10/gelagas.html
Minggu, 04 Oktober 2009. Seekor kupu-kupu berayun tanpa angin, ada suara menafsirkan kemarau bagi seorang pertapa, dengan sebuah kitab yang ditulis seratus tahun setelah kematiannya. Bila seratus bunga enggan dimekarkan adakah yang dapat menggugurkannya, untuk mengubah arah cahaya memalamkan sepuluh siang. Kepada matahari, kepada perasaan yang membuat musim mematahkan kalender. tanpa angin, kupu-kupu berayun menghadapi nasibnya. dan berputar di pucuk bunga-bunga. Langganan: Poskan Komentar (Atom). Jabat ...
ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: Masih Adakah Huruf
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2009/09/masih-adakah-huruf.html
Minggu, 13 September 2009. Adakah huruf yang mampu menuntaskan kegelisahanku ini. Jika malam pekat dan secangkir teh, menggiringku ke arena tanpa warna. Menggenapkan masakanak dan remajaku hingga ranggas bersama waktu yang mengendap dan basah. Aku tak perlu belajar kedewasaan dan kelelakian darimu, sebab candu malam begitu kental menjelajahi tulang-belulang. Dingin yang enggan kembali ke muasalnya, melambatkan malam kepada pagi. Langganan: Poskan Komentar (Atom). EKO PUTRA DALAM PUISI. 6 tahun yang lalu.
ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: Perempuan Embun
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2009/09/perempuan-embun.html
Jumat, 25 September 2009. Kaukah yang berdiri di ujung daun. Menunggu pagi menurunkan embun. Dan matahari cahya mengunggun di langit. Tarianmu yang berujud angin. Berbelok di atas persimpangan. Yang akan dipilih seorang lelaki. Langganan: Poskan Komentar (Atom). Silakan Klik Di Bawah ini Untuk Melihat Puisi-Puisi Saya Yang Ditulis Lebih Awal. EKO PUTRA DALAM PUISI. 6 tahun yang lalu. Puisi-Puisi Cinta Eko Putra. 6 tahun yang lalu. TSI II, 2009. Dari renung ke renung. Dari raung ke raung.
ekoputra-puisi.blogspot.com
EKO PUTRA DALAM PUISI: REFLEKSI
http://ekoputra-puisi.blogspot.com/2010/02/seperti-ciuman.html
Rabu, 10 Februari 2010. BERSATU DENGAN ALAM DENGAN KESADARAN KOLEKTIF. Oleh ; Eko Putra*. Yang tumbuh dan diyakini masyarakat secara kolektif dan terus-menerus hidup di dalam kultur masyarakat tersebut. Kemudian secara vertikal menjadi bagian yang tidak terpisahkan antara masyarakat terhadap kesadaran. Lalu, apakah bentuk kesadaran seperti itu masih ada di tengah serbuan modernisasi yang kurang dicermati secara arif oleh generasi terkini? Begini. Di wilayah saya, tepatnya di Kecamatan Sungai Keruh, K...