planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Badrun pun Ogah Makar
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/12/badrun-pun-ogah-makar.html
Senin, 05 Desember 2016. Badrun pun Ogah Makar. Di ujung malam yang senyap, Badrun dan Omes nyaris terlelap. Untunglah nyamuk-nyamuk yang patroli di sekitar pos ronda sudah kebal dengan obat anti nyamuk bakar yang diletakkan di sudut pos. Jadi nyamuk-nyamuk itu masih bisa menjaga kesadaran mereka berada di level siaga 4. Biar kalau ada maling masuk kampung mereka masih bisa bergerak cepat. Akhirnya setelah waktu menunjukkan pukul satu dini hari mereka pun memutuskan untuk bergantian tidur. Milih dia, Oon!
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Saksi Tidak Lihat
http://planet-fiksi.blogspot.com/2017/01/saksi-tidak-lihat.html
Kamis, 05 Januari 2017. Pada sebuah siang yang hangat, kepala dusun sedang menengahi kasus pencurian yang menimpa salah satu warganya. Kumisnya yang lebat bak sulur beringin naik turun seiring anggukan kepalanya mendengar curhat Pak Oploh. Warga terkaya di dusun itu mengadu papan-papan yang disiapkan untuk membangun rumah kudanya tiba-tiba hilang. Pak Landoh yang dituding sekali lagi melambaikan tangannya. 8220;Sumpah pak Kadus, demi Allah saya tidak mengambil kayu pak Oploh…”. Seorang ibu-ibu muda berba...
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Malaikat-malaikat Mungil
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/10/malaikat-malaikat-mungil.html
Senin, 03 Oktober 2016. Bayi-bayi mungil bergelimang darah itu terus bergerak-gerak mengerikan. Sebagian merangkak naik melewati kaki-kaki jembatan, sebagian terapung terbuai gelombang sungai, sebagian lagi menghadang langkah Tora. Tangisan memilukan bayi-bayi itu terdengar memenuhi gendang telinga Tora. Tiba-tiba seseorang dengan kasar menarik kerah bajunya. Tora terkejut dan berbalik ke belakang untuk melihat siapa gerangan yang mencoba menghentikan langkahnya. Kegelisahan kembali melanda hatinya, sepe...
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Cermin
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/11/cermin.html
Kamis, 24 November 2016. Sebuah cermin sedang bercerita. Di antara dua zaman. Pucuk-pucuk embun tidak mau ketinggalan. Pun matahari yang hadir malu-malu. Juga rumpun melati dan kembang sepatu. Setiap kali mematut wajah. Kehidupan selalu meminta bayangan keindahan. Namun cermin hanya mampu memantulkan sejarah. Sayangnya, masa lalu kehidupan adalah noda dan kerapuhan. Lalu menghempaskan cermin sekuatnya. Bunga-bunga di taman mekar, layu dan mati. Cermin belum lelah menanti dan bercerita.
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Daruman
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/11/daruman.html
Selasa, 29 November 2016. Dari jendela kamar yang terbuka, aku dapat melihat langit sedang mengusir awan-awan untuk memamerkan puluhan rasi bintang. Mata kameraku sebenarnya masih haus panorama. Aku bisa saja memilih berada di salah satu rooftop. Pencakar langit, atau di jembatan jalan-jalan metropolitan ditemani tripod dan kopi instan, bermain dengan diafragma dan eksposur. Aku mencintaimu. Kamu harus tahu itu.". Aku harus pergi.". Tapi tujuh hari yang lalu dia benar-benar membuktikan kecemasannya. ...
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Matahari Terbenam di Ufuk Hati
http://planet-fiksi.blogspot.com/2017/01/matahari-terbenam-di-ufuk-hati.html
Selasa, 10 Januari 2017. Matahari Terbenam di Ufuk Hati. Hari hampir beranjak jadi malam di bibir pantai Akarena. Air laut sedang menjauh ke samudera, meninggalkan hamparan pasir basah berwarna tembaga ditempa matahari senja. Nadine berjalan lambat, membiarkan kaki telanjangnya bersentuhan dengan pasir, lubang kepiting dan serpihan waktu. 8220;Halo,” walau dengan intonasi sedingin kutub utara. Percakapan pun terjadi. Awalnya berlangsung flat. 8220;Lupakan saja saya, Ray. Saya sudah mau menikah! Air mata ...
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Mimpi Bertemu Sinterklas
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/12/mimpi-bertemu-sinterklas.html
Rabu, 28 Desember 2016. Tadi malam saya mimpi bertemu Sinterklas. Senang sekali rasanya. Topi dan bajunya berwarna merah menyala. Badannya gemuk dan tinggi. Dia baru saja turun dari kereta yang ditarik rusa-rusa berhidung merah. Saya hanya tahu rusa bernama Rudolf, yang lainnya tidak. Dia lalu menunjukkan kado besar berwarna biru diikat dengan pita emas. Wah, kasihan sekali anak itu.". Wajah Sinterklas seperti bercahaya, lalu dia tertawa gembira. Ah, akhirnya kegembiraannya muncul juga. Jadi anak yang pi...
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Tahu Diri versus Toleransi
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/12/tahu-diri-versus-toleransi.html
Sabtu, 03 Desember 2016. Tahu Diri versus Toleransi. Perutnya ceking tak disuguhi gizi. Matanya cekung ditohok matahari. Jiwanya kerdil gemetar bersembunyi. Setiap pagi dia terus menghitung helai daun jati yang berguguran. Menghitung berapa lama lagi kemarau menyekap bulan. Berapa lama lagi napasnya sanggup bertahan. Dia hanyalah lilin yang sebentar lagi dipadamkan kehidupan. Dia tak akan lama bertahan. Saat hujan pertama merembesi tanah dan bebatuan. Tunas muda hijau pun bersemi. Dia bukan lagi tahu diri.
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Tentang Planet Fiksi
http://planet-fiksi.blogspot.com/p/tentang-planet-fiksi.html
Planet Fiksi adalah kumpulan tulisan-tulisan fiksi yang pernah saya buat. Sebagian besar tulisan disini sudah pernah diposting pada blog kompasiana.com/picalgadi. Kirimkan Ini lewat Email. Cari di Planet Fiksi. Bocah di Bawah Payung. Badrun pun Ogah Makar. Di ujung malam yang senyap, Badrun dan Omes nyaris terlelap. Untunglah nyamuk-nyamuk yang patroli di sekitar pos ronda sudah kebal denga. Aquina: Bedebah kau, Jang! Darmoatmojo, Sebuah Janji. Ahok dan Warga DKI seperti CEO dan Direksi Perusahaan.