arek-tembalangan.blogspot.com
AREK TEMBALANGAN MENULIS: NIKAH MASSAL
http://arek-tembalangan.blogspot.com/2016/11/nikah-massal.html
Boleh meng-copy paste dari blog ini, asal sebutkan sumbernya dan seijin Arek Tembalangan. Kategori dalam Blog Ini. Senin, 14 November 2016. Semuanya berawal ketika di media sosial, Dwi, teman SMA-ku, menge- tag. Namaku ke sebuah acara. Bukan main-main: acara nikah massal! Sambil menghela napas, kubaca detil acara itu. “Hadirilah! Aku tersenyum kecut. Okelah, aku sudah bercerai selama dua belas tahun. Okelah, Dwi memang suka usil. Namun menge- tag. Bujukan (yang tidak terlalu) halus agar aku menikah lagi?
arek-tembalangan.blogspot.com
AREK TEMBALANGAN MENULIS: RESTUMU, IBU
http://arek-tembalangan.blogspot.com/2016/11/restumu-ibu.html
Boleh meng-copy paste dari blog ini, asal sebutkan sumbernya dan seijin Arek Tembalangan. Kategori dalam Blog Ini. Kamis, 10 November 2016. 8220;Jadi kamu sudah tidak mau kembali ke Jakarta, sudah tidak mau meneruskan studimu? Kamu ini, Nak…”. Sulastri menatap putranya dari seberang meja. Ia masih sulit mencerna kata-kata Seno barusan. Meninggalkan pelajarannya di Djakarta Ika Daigaku. Seno tak membalas pandangan mata ibunya, kedua tangannya terjalin rapi di pangkuannya. Mu itu, kenapa tidak ngomong dari...
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Badrun pun Ogah Makar
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/12/badrun-pun-ogah-makar.html
Senin, 05 Desember 2016. Badrun pun Ogah Makar. Di ujung malam yang senyap, Badrun dan Omes nyaris terlelap. Untunglah nyamuk-nyamuk yang patroli di sekitar pos ronda sudah kebal dengan obat anti nyamuk bakar yang diletakkan di sudut pos. Jadi nyamuk-nyamuk itu masih bisa menjaga kesadaran mereka berada di level siaga 4. Biar kalau ada maling masuk kampung mereka masih bisa bergerak cepat. Akhirnya setelah waktu menunjukkan pukul satu dini hari mereka pun memutuskan untuk bergantian tidur. Milih dia, Oon!
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Saksi Tidak Lihat
http://planet-fiksi.blogspot.com/2017/01/saksi-tidak-lihat.html
Kamis, 05 Januari 2017. Pada sebuah siang yang hangat, kepala dusun sedang menengahi kasus pencurian yang menimpa salah satu warganya. Kumisnya yang lebat bak sulur beringin naik turun seiring anggukan kepalanya mendengar curhat Pak Oploh. Warga terkaya di dusun itu mengadu papan-papan yang disiapkan untuk membangun rumah kudanya tiba-tiba hilang. Pak Landoh yang dituding sekali lagi melambaikan tangannya. 8220;Sumpah pak Kadus, demi Allah saya tidak mengambil kayu pak Oploh…”. Seorang ibu-ibu muda berba...
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Malaikat-malaikat Mungil
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/10/malaikat-malaikat-mungil.html
Senin, 03 Oktober 2016. Bayi-bayi mungil bergelimang darah itu terus bergerak-gerak mengerikan. Sebagian merangkak naik melewati kaki-kaki jembatan, sebagian terapung terbuai gelombang sungai, sebagian lagi menghadang langkah Tora. Tangisan memilukan bayi-bayi itu terdengar memenuhi gendang telinga Tora. Tiba-tiba seseorang dengan kasar menarik kerah bajunya. Tora terkejut dan berbalik ke belakang untuk melihat siapa gerangan yang mencoba menghentikan langkahnya. Kegelisahan kembali melanda hatinya, sepe...
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Cermin
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/11/cermin.html
Kamis, 24 November 2016. Sebuah cermin sedang bercerita. Di antara dua zaman. Pucuk-pucuk embun tidak mau ketinggalan. Pun matahari yang hadir malu-malu. Juga rumpun melati dan kembang sepatu. Setiap kali mematut wajah. Kehidupan selalu meminta bayangan keindahan. Namun cermin hanya mampu memantulkan sejarah. Sayangnya, masa lalu kehidupan adalah noda dan kerapuhan. Lalu menghempaskan cermin sekuatnya. Bunga-bunga di taman mekar, layu dan mati. Cermin belum lelah menanti dan bercerita.
planet-fiksi.blogspot.com
Planet Fiksi: Daruman
http://planet-fiksi.blogspot.com/2016/11/daruman.html
Selasa, 29 November 2016. Dari jendela kamar yang terbuka, aku dapat melihat langit sedang mengusir awan-awan untuk memamerkan puluhan rasi bintang. Mata kameraku sebenarnya masih haus panorama. Aku bisa saja memilih berada di salah satu rooftop. Pencakar langit, atau di jembatan jalan-jalan metropolitan ditemani tripod dan kopi instan, bermain dengan diafragma dan eksposur. Aku mencintaimu. Kamu harus tahu itu.". Aku harus pergi.". Tapi tujuh hari yang lalu dia benar-benar membuktikan kecemasannya. ...
arek-tembalangan.blogspot.com
AREK TEMBALANGAN MENULIS: LELAKI ITU
http://arek-tembalangan.blogspot.com/2016/12/lelaki-itu.html
Boleh meng-copy paste dari blog ini, asal sebutkan sumbernya dan seijin Arek Tembalangan. Kategori dalam Blog Ini. Selasa, 20 Desember 2016. Aku kehilangan kata-kata ketika menatap punggungnya untuk pertama kali. Laki-laki di depanku ini menoleh sedikit, entah apa yang menarik perhatiannya, sehingga aku bisa menangkap sekilas garis wajahnya. Rahangnya yang kuat. Hidung mancungnya yang melengkung seperti paruh elang. Atau helainya tebal dan kuat sehingga sentuhan ujungnya setara tusukan-tusukan kecil di t...
arek-tembalangan.blogspot.com
AREK TEMBALANGAN MENULIS: Oktober 2016
http://arek-tembalangan.blogspot.com/2016_10_01_archive.html
Boleh meng-copy paste dari blog ini, asal sebutkan sumbernya dan seijin Arek Tembalangan. Kategori dalam Blog Ini. Selasa, 25 Oktober 2016. Sebelumnya : KEPUTUSAN KOBALT. Hugo melolong ketika cakar tajam Kobalt menancap di moncongnya. Dikibas-kibaskannya kepalanya agar cengkeraman Kobalt terlepas. Kobalt berusaha bertahan, paling tidak sampai Master Fufu bisa melepaskan diri. Link ke posting ini. Kirimkan Ini lewat Email. Senin, 24 Oktober 2016. Sebelumnya : KOBALT, MATT, DAN PERKELAHIAN ITU. Cahaya tera...